Kepemimpinan partisipatif menyangkut baik pendekatan kekuasaan maupun perilaku kepemimpinan. Kepemimpinan menyangkut aspek-aspek kekuasaan mirip beserta-sama menanggung kekuasaan (pwer sharing), pemberian kekuasaan (empowering) dan proses-proses mensugesti yang timbal balik serta menyangkut aspek-aspek perilaku kepimpinan seperti prosedur–mekanisme khusus yg digunakan buat berkonsultasi dengan orang lain buat memperoleh gagasan serta saran-saran dan sikap khusus yang dipergunakan buat mendelegasikan kekuasaan.
I. Lingkup Kepemimpinan Partipatif
Kepemimpinan partisipatif menyangkut penggunaan berbagai macam mekanisme keputusan yang memberikan orang lain suatu impak tertentu terhadap keputusan-keputusan pemimpin tadi.
Macam-macam partisipasi
Kepemimpinan partisipatif dapat dibagi dalam berbagai bentuk mekanisme pengambilan keputusan bisa digunakan untuk mengikutsertakan orang lain pada pengambilan keputusan. Kebanyakan berasal teoritikus mengakui ada empat butir mekanisme pengambilan keputusan yg relatif berarti, antara lain:
1. Keputusan yang otokratik.
2. Konsultasi.
3. Keputusan beserta.
4. Penedelegasian.
Keempat mekanisme pengambilan keputusan tadi bisa disusun beserta-sama dalam sebuah jajaran yg terdiri dari tak terdapat dampak oleh orang lain hingga pada dampak yg akbar. Varietas konsultasi dibhinekakan menjadi tiga butir, yaitu:
Pemimpin tadi member sebuah keputusan yang didesain tanpa konsultasi terlebih dahulu, namun bersedia memodifikasinya menghadapi keberatan maupun keprihatinan;
Pemimpin tadi member sebuah usulan sementara dan secara aktif mendorong orang buat menyarankan cara-cara memperbaikinya;
Pemimpin tadi mengajukan sebuah persoalan serta meminta orang lain buat berpartisipasi dalam mengdiagnosanya dan membuatkan pemecahan-pemecahannya namun kemudian menghasilkan keputusannya sendiri.
sikap yg partisipatif mempunyai kualitas yg bergerak maju dan bisa berubah sepanjang saat. misalnya, apa yg semulanya ialah konsultasi bisa menjadi keputusan bersama, serta apa yg semulanya ialah keputusan bersama dapat sebagai konsultasi, ketika dia sebagai kentara bahwa grup tersebut harus menghasilkan keputusan akhir.
2. Studi tentang kepemimpinan partisipatif
Para ilmuwan bidang social telah berminat buat mengkaji konsekuensi berasal kepemimpinan partisipatif. setelah perilaku yg berorientasi pada tugas serta mendukung, sejumlah penelitian tentang perilaku yang terbesar merupakan tentang kepemimpinan partisipatif. Kebanyakan studi-studi tadi menyangkut partisipasi para bawahan serta criteria efektivitas pemimpin biasanya adalah kepuasan dan kinerja para bawahan.
akibat berasal partisipasi
Secara kontras, inovasi berasal studi perkara yang naratif mengenai para manajer yang efektif mendukung secara konsisten laba kepemimpinan partisipatif. Secara singkat, selesainya lebih dari empat puluh tahun penelitian mengenai kepemimpinan partisipasi, kita mendapatkan kesimpulan bahwa kepemimpinan partisipatif kadang-kadang menghasilkan kepuasan, usaha dan kinerja lebih tinggi di ketika lain dan tak demikian adanya.
Keterbatasan penelitian partisipatif
terdapat kelemahan-kelemahan metodologis pada kebanyakan penelitian yang digunakan mengevaluasi impak kepemimpinan partisipatif. Studi-studi informasi lapangan-korelasional tentang kepemimpinan partisipatif dibatasi oleh problem pengukuran serta kesukaran buat menemukan arah hubungan, karena dampak. Ekesperimen lapangan jua mempunyai keterbatasan, banyak berasal eksperimen itu menyangkut sebuah acara partisipasi yang diajukan sang organisasi tersebut daripada oleh perilaku dan partisipatif seseorang manajer individual. Kurangnya hasil–akibat yg konsisten tentang efektivitas kepemimpinan partisipatif dapat pula mencerminkan fakta bahwa aneka macam macam bentuk partisipasi merupakan efektif pada situasi-situasi tertentu, tetapi tidak pada yang lainnya.
3. model pengambilan keputusan normatif berasal Vroom serta Yetton
Vroom serta Yetton menciptakan atas dasar pendekatan sebelumnya, langkah lebih lanjut pada menspesifikasikan prosedur–mekanisme pengambilan keputusan yg paling efektif pada masing-masing situasi khusus yg berbeda. Efektivitas holistik asal sebuah keputusan tergantung pada 2 variable hegemoni: kualitas keputusan dan penerimaan keputusan. Variabel-variabel intervensi tersebut kebalikannya dipengaruhi sang prosedur–prosedur serta pengambilan keputusan yang digunakan oleh seseorang pemimpin. tetapi, akibat dari mekanisme pengambilan keputusan tadi mempengaruhi kualitas berasal keputusan dan penerimaannya tergantung pada aneka macam aspek asal situasi tadi.
Vroom dan Yetton mengidentifikasi 5 buah mekanisme pengambilan keputusan buat keputusan yang menyangkut para bawahan yg beragam, termasuk dua buah bentuk pengambilan keputusan yang otokratik, dua butir bentuk konsultasi dan sebuah bentuk keputusan bersama oleh pemimpin dan bawahan menjadi sebuah grup.
4. software–aplikasi: panduan bagi kepemimpinan partisipatif
Mendasari akibat penelitian mengenai partisipasi serta model asal Vroom & Yetton, beberapa panduan sementara ditawarkan buat digunakan pada kepemimpinan partisipati:
evaluasi wacana pentingnya keputusan
Identifikasi orang-orang yang mempunyai pengetahuan atau keahlian yang relevan
evaluasi kemungkinan kerjasama para peserta
penilaian kemungkinan penerimaan tanpa partisipasi
penilaian kelayakan (feasible) buat mengadakan sebuah pertemuan
Beberapa pedoman untuk mendorong lebih poly partisipasi diantaranya mencakup: