Etnik atau suku bangsa, umumnya memiliki banyak sekali kebudayan yang berbeda satu dengan lainnya. Sesuatu yg diklaim baik atau sakral berasal suku eksklusif mungkin tidak demikian halnya bagi suku lain. perbedaan etnis tersebut bisa menimbulkan terjadinya pertarungan antar etnis.
permasalahan etnis atau perang etnis ialah sebuah konflik bersenjata antar kelompok etnis. perseteruan tadi kontras menggunakan perang saudara pada mana hanya sebuah negara atau kelompok etnis tunggal yang bertarung satu sama lain dan peperangan reguler di mana dua negara berdaulat atau lebih (baik yg ialah atau bukan adalah negara kebangsaan) berkonflik.
dalam suatu warga akan selalu ada gerombolan atas yg menguasai grup bawah, grup ini dibagi sesuai kekuasaan, kemampuan, kekayaan, kekuatan, dsb. kelompok bawah (yang lemah) akan “ditindas” serta menjalankan kehendak kelompok atas. fenomena ini akhirnya memicu timbulnya pertarungan antar kelompok. Selain hal tadi kurangnya integrasi pada rakyat, perbedaan paham atau kepentingan juga menjadi faktor timbulnya pertarungan.
asal beberapa pengertian pada atas bisa ditarik kesimpulan bahwa pertarungan ialah perbedaan tanggapan yang terjadi dampak interaksi insan dalam mewujudkan/mengatakan keinginannya. oleh sebab itu dari penulis, permasalahan itu wajardanmanusiawikarenabedanyapara ahli pada berpendapat wacana konflik pada atas, itujuga sudahmerupakan sebuahkonflik yg terjadi.namun apa akibat dari perseteruan itu akan negatif? jelas, hal itu memerlukanpenyulut danpemobilitas tersendiri yg tanggal berasal bagian makna kata permasalahan tadi. pertarungan yg negative tentunya akan merugikan ke 2 pihak serta rakyat sekitarnya. sang karena itu penyelesaian perseteruan wajib dilakukan. Kita harus mengaitkan teori yang terdapat dengan praktik pada lapangan dalam menyelesaiakan perseteruan.
Soulusi Penyelesaian pertarungan Antar Etnis
perseteruan antar etnis pada Indonesia harus segera diselesaikan serta wajib telah terdapat solusi konkritnya. pada bukunya Wirawan menggunakan judul pertarungan serta Menejemen permasalahan, Teori, aplikasi, dan Penelitian menjelaskan bagaimana cara menuntaskan permasalahan antar etnis yg terdapat pada sebuah Negara. Pertama, melalui hegemoni pihak ketiga. Dimana keputusan hegemoni pihak ketiga nantinya final dan mengikat. contoh adalah pengadilan. kedua, Mediasi. Mediasi ini adalah cara penyelesaian permasalahan melalui pihak ketiga juga yang diklaim menjadi mediator. Ketiga, Rokosialisasi. Proses penyelesaian konflik menggunakan transormasi sebelum pertarungan itu terjadi, dimana warga pada waktu itu hidup menggunakan damai.[12] Adapun alternatif pada menyelesaikan permasalahan yg terdapat, yakni:
1. perseteruan Itu harus di Management Menuju Rekonsiliasi
konflik memang bukan sesuatu yg diharapkan oleh setiap orang yang hidup di dunia ini. Apa lagi permasalahan yg bernuansa karena disparitas agama yang dianut serta pebedaan etnis. perseteruan yg demikian itu memang suatu permasalahan yg sangat serius. buat meredam paras bahaya asal permasalahan itu, maka permasalahan itu wajib dimanagement supaya beliau berproses ke arah yg positif. Dr. Judo Poerwowidagdo, MA. Dosen Senior pada Universitas Duta ihwal Yogyakarta menyatakan bahwa proses perseteruan menuju arah yang positif itu adalah sbb: dari syarat yg “Fight” harus diupayakan agar menuju Flight. dari syarat Flight diupaykan lagi agar dapat membentuk syarat yg Flaw. berasal Flaw inilah baru diarahkan menuju syarat Agreement, terus ke Rekonsiliasi. karena itu, masyarakat terutama para pemuka kepercayaan serta etnis haruslah dibekali ilmu Management konflik setidak-tidaknya buat taraf dasar.
2. Merobah Sistem Pemahaman kepercayaan .
konflik yang bernuansa kepercayaan bukanlah karena agama yg dianutnya itu mengajarkan buat perseteruan. sebab cara umat memahami ajaran agamanyalah yang mengakibatkan mereka menjadi termotivasi buat melakukan pertarungan. Keluhuran ajaran agama masing-masing hendaknya tidak di retorikakan secara berlebihan. Retorika yang hiperbola dalam mengajarkan kepercayaan pada umat masing-masing mengakibatkan umat akan merasa dirinya lebih superior berasal pemeluk agama lain. Arahkanlah pembinaan kehidupan beragma buat menampilkan nilai-nilai universal dari ajaran kepercayaan yang dianut. misalnya, semua kepercayaan mengajarkan umatnya buat hayati tabah menghadapi proses kehidupan ini. menjadi lebih tabah menghadapi aneka macam AGHT (ancaman, gangguan, kendala dan tantangan) dalam menghadapi hidup ini. Rela berkorban demi kepentingan yang lebih mulia. tidak praktis putus asa memperjuangkan sesuatu yang sahih dan adil. tidak mudah mabuk atau lupa diri jikalau mencapai sukses. Orang yang sukses mirip sebagai kaya, pintar, menjadi penguasa, cantik, cakep, mempunyai suatu power, merasa diri bangsawan. Semuanya itu dapat menyebabkan orang menjadi mabuk jikalau kurang waspada membawa diri. Hal-hal yang mirip itulah yang sesungguhnya lebih dipentingkan sang rakyat bangsa kita dewasa ini.
3. Mengurangi Penampilan Berhura-Hura pada Kehidupan Beragama.
kegiatan beragama mirip seremoni hari raya kepercayaan , umat hendaknya mengurangi bentuk perayaan menggunakan penampilan yg berhura hura. Hal ini sangat mudah jua memancing konflik. karena umat lain jua dapat terpancing buat menandakan existensi dirinya bahwa beliau jua menganut kepercayaan yg sangat hebat dan luhur.
4. Redam Nafsu Distinksi buat Menghindari konflik Etnis.
Setiap manusia memiliki nafsu atau dorongan hayati dari pada dirinya. salah satu nafsu itu terdapat yg dianggap nafsu Distinksi. Nafsu Distinksi ini mendorong seseorang buat menjadi lebih asal yang lainya. bila nafsu ini dikelola menggunakan baik justru akan membawa manusia sebagai siap hidup bersaing. tak terdapat kemajuan tanpa persaingan. tetapi, persaingan itu merupakan persaingan yg sehat. Persaingan yang sehat itu artinya persaingan yang berdasarkan noram-tata cara kepercayaan , istiadat aturan serta tata cara–norma kemanusiaan yg lainya. namun, seringkali nafsu Distinksi ini sebagai dasar buat mendorong suatu etnis bahwa mereka adalah memiliki berbagai kelebihan dari etnis yang lainya. Nafsu Distinksi ini seringkali membentuk orang buta akan banyak sekali kekuranganya. Hal inilah banyak orang menjadi bersikap sombong serta exlusive karena merasa mempunyai kelebihan etnisnya.